*Hadith Maqlubah ialah hadith2 yang difahami secara terbalik oleh orang awam kerana kejahilan atau terkadang juga dilakukan oleh ustaz-ustaz dan para ulama'.
20-4: Bid`ah Hasanah
Takhrij hadith:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
terjemahan:
"Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." (HR Muslim no 1691 dari Jabir ra (lidwa.Ina))
Bagaimana maqlubah (keterbalikan) terjadi dari hadith ini?
Iaitu kesalahan dalam memahami "barangsiapa yang merintis atau memulai perbuatan yang baik atau sunnah hasanah", lalu mereka mengada-ngadakan pelbagai amalan yang dianggap baik menurut hawa nafsu mereka lalu terjadilah bid3ah dalam agama Islam. Memang, kebanyakn perkara bid3ah dalam agama, terjadi dari hadith yg difahami secara songsang (maqlub).
Contoh perbuatan baik yang songsang:
* meninggikan kubur para wali yang dinamakan tabut atau pusara dari marmar, kemudian dibina mesjid di sekelilingnya. Kemudian mereka mengambil berkah kepada pintu2 mesjid tsb, pada kayu-kayunya, mereka tawaf mengelilingi pusara tsb, berdoa kpd penghuni kubur, bernazar kepadanya, maka jatuhlah mereka kepada syirik atas nama merintis sunnah hasanah.
** menokok-tambah ibadah, penambahan di permulaan azan dan akhirnya, menyaringkan selawat sebelum dan sesudah azan, mengeraskan zikir jama3iy, konsisten do`a jama3iy bersama Imam rawatib, membaca wirid2 dan hizib2 yg dilakukan atas nama sunnah yang baik atau bid3ah hasanah.
***juga merintis bid3ah dalam adat istiadat, seperti menghias mesjid, mempercantik musyhaf, pesta maulidul rasul, hari Hol para wali dan sultan, ia dilakukan atas nama sunnah hasanah.
Kebanyakan dicetuskan oleh pendokong sufiyah, syi3ah, Muktazilah, Khawarij, Qaramithah dan kumpulan2 Zindiq (sesat)
langkah pertama menghuraikan keterbalikan ini ialah memahami asbab wurud hadith atau sebab kenapa nabi saw bersabda demikian...
Ia hendaklah mengeluarkan keseluruhan hadith tsb kerana ia sebuah hadith yang ada drama dan plotnya..dari lidwa:
--------------------------------------
(HR Muslim no.1691) : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Mutsanna Al Anazi telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Aun bin Abu Juhaifah dari Al Mundzir bin Jarir dari Jarir ia berkata; Pada suatu pagi, ketika kami berada dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba datang segerombongan orang tanpa sepatu, dan berpakaian selembar kain yang diselimutkan ke badan mereka sambil menyandang pedang. Kebanyakan mereka, mungkin seluruhnya berasal dari suku Mudlar. Ketika melihat mereka, wajah Rasulullah saw terharu lantaran kemiskinan mereka. Beliau masuk ke rumahnya dan keluar lagi. Maka disuruhnya Bilal adzan dan iqamah, sesudah itu beliau shalat. Sesudah shalat, beliau berpidato. Beliau membacakan firman Allah: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri…, " hingga akhir ayat, "Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian." kemudian ayat yang terdapat dalam surat Al Hasyr: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah..., " Mendengar khutbah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam itu, serta merta seorang laki-laki menyedekahkan dinar dan dirhamnya, pakaiannya, satu sha' gandum, satu sha' kurma sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Meskipun hanya dengan setengah biji kurma." Maka datang pula seorang laki-laki Anshar membawa sekantong yang hampir tak tergenggam oleh tangannya, bahkan tidak terangkat. Demikianlah, akhirnya orang-orang lain pun mengikuti pula memberikan sedekah mereka, sehingga kelihatan olehku sudah terkumpul dua tumpuk makanan dan pakaian, sehingga kelihatan olehku wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berubah menjadi bersinar bagaikan emas. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah -dalam jalur lain- Dan Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz Al Anbari Telah menceritakan kepada kami bapakku ia berkata, Telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepadaku Aun bin Abu Juhaifah ia berkata, saya mendengar Al Mundziri bin Jarir dari bapaknya ia berkata; Suatu hari, kami berada di dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Yakni sebagaimana hadits Ibnu Ja'far. Dan di dalam hadits Ibnu Mu'adz terdapat tambahan, yakni; Kemudian beliau shalat Zhuhur dan kemudian berkhutbah." Telah menceritakan kepadaku Ubaidullah bin Umar Al Qawariri dan Abu Kami dan Muhammad bin Abdul Malik Al Umawi mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abdul Malik bin Umair dari Al Mundziri bin Jarir dari bapaknya ia berkata; Kami duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datanglah suatu rombongan yang tak beralas kaki. Ia pun menyebutkan hadits, dan didalamnya; Kemudian beliau shalat Zhuhur lalu naik mimbar kecil, memuji Allah dan menyanjung-Nya dan kemudian bersabda: "Amma Ba'du, sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah menurunkan di dalam kitab-Nya; 'Wahai sekalian manusia, bertakwalah kalian kepada Rabb kalian.." Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A'masy dari Musa bin Abdullah bin Yazid dan Abu Dluha dari Abdurrahman bin Hilal Al Absi dari Jarir bin Abdullah ia berkata; Sekelompok orang Arab pegunungan mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan mengenakan sehelai kain Shuf (wool), dan beliau melihat keadaan mereka yang memprihatinkan, bahwa mereka benar-benar membutuhkan bantuan. Ia pun menyebutkan hadits yang semakna dengan hadits mereka.
syarh hadith:
Ia adalah seputar sedekah kpd imigran yang datang ke Madinah, Nabi berkhutbah untuk menyeru para sahabat dan ahlil Madinah membantu imigran tsb. Maka apakah sedekah itu termasuk bid`ah hasanah? Maka sebagian sahabat bergegas, bersegera membawa sedekah2 mereka kerana terkesan dengan seruan Nabi saw. Oleh itu, sunnah hasanah itu bukan benda baru, bukan benda2 bid`ah hasanah.
Hadith ni sama saja dgn matan hadith berikut:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Terjemahan:
(HR Muslim, no. 4831) : Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."
Penutup dan Rumusan:
Hadith sunnah hasanah difahami secara maqlubah yakni ahli bid`ah faham, bolehnya menokok tambah dalam agama sedangkan maksud sebenar hadith ini ialah galakan membuat kebaikan dan tugas Imam atau Ketua atau sesama Islam ialah saling memperingat antara satu sama lain dalam berbuat kebajikan dan bukannya galakan berbuat tambahan yg baik dalam agama sebab agama sudah sempurna, tiada lagi penambahan melainkan memperingat jika mereka melupakan ajarannya. SEKIAN
Dikemas kini oleh ADmin
29/09/2011
0140
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أقُصَ مِنْ أَوْزَرِ sْءٌ